Film XXX Lebih Baik daripada Film ?

Film XXX Lebih Baik daripada Film ?

Judul tulisan saya kali ini mungkin agak vulgar, tapi tidak apa-apa, karena saya ingin menegaskan suatu pemahaman yang sangat penting. Semoga dengan judul yang memancing naluri pria itu akan mampu menjaring mereka untuk masuk kesini dan membaca artikel ini agar menghindarkan diri dari kesesatan.

Apa maksud dari judul artikel Film XXX Lebih Baik daripada Film ?

Dalam hal ini film XXX adalah istilah saja dari saya untuk menyebut film secara umum. Sedangkan film ? adalah sebuah film garapan sutradara terkenal di Indonesia Hanung Bramantyo. Lalu ada apa sebenarnya dengan film tersebut? Untuk lebih jelasnya silahkan baca penggalan artikel berikut ini:

Film "?" yang disutradarai Hanung Bramantyo penuh dengan fitnah, kebencian dan merendahkan martabat Islam dan umat Islam. Film tersebut betul betul penuh dengan ajaran sesat pluralisme yang menjadi saudara kandung atheisme dan kemusyrikan.

Pertama, ketika pembukaan sudah menampilkan adegan penusukan terhadap pendeta, kemudian bagian akhir pengeboman terhadap Gereja. Jelas secara tersirat dan tersurat, sang sutradara menuduh pelakunya orang yang beragama Islam dan umat Islam identik dengan kekerasan dan teroris.

Kedua, menjadi murtad yang dilakukan oleh Endhita (Rika) adalah suatu pilihan hidup. Kalau semula kedua orangtua dan anaknya menentangnya, akhirnya mereka setuju. Padahal dalam Islam murtad adalah suatu perkara yang besar dimana hukumannya adalah qishash (hukuman mati), sama dengan zina yang dirajam.

Ketiga, muslimah berjilbab, Menuk (Revalina S Temat) yang merasa nyaman bekerja di restoran Cina milik Tan Kat Sun (Hengki Sulaiman) yang ada masakan babinya. Sang sutradara ingin menggambarkan seolah-olah babi itu halal. Terbukti pada bulan puasa sepi, berarti restoran itu para pelanggannya umat Islam.

Keempat, seorang takmir masjid yang diperankan Surya (Agus Kuncoro) setelah dibujuk si murtadin Menuk, akhirnya bersedia berperan sebagai Yesus di Gereja pada perayaan Paskah. Apalagi itu dijalaninya setelah dia berkonsultasi dengan ustad muda yang berfikiran sesat menyesatkan pluralisme (Mungkin sesuai dengan hidupnya) yang diperankan David Chalik.

Namun anehnya, setelah berperan menjadi Yesus demi mengejar bayaran tinggi, langsung membaca Surat Al Ikhlas di Masjid. Padahal Surat Al Ikhlas dengan tegas menolak konsep Allah mempunyai anak dan mengajarkan Tauhid. Apa sang sutradara ini kurang waras?

Kelima, tampaknya betul betul memang sudah gila, masak pada hari raya Idul Fitri yang penuh dengan silaturahmi dan maaf memaafkan, umat Islam melakukan penyerbuan dengan tindakan anarkhis terhadap restoran Cina yang tetap buka sehari setelah Lebaran. Bahkan sebagai akibat dari penyerbuan itu, akhirnya si pemilik Tan Kat Sun meninggal dunia.

Setelah itu anaknya Ping Hen (Rio Dewanto) sadar dan masuk Islam demi menikahi Menuk setelah menjadi janda karena ditinggal mati suaminya Soleh (Reza Rahadian), seorang Banser yang tewas terkena bom setelah menjaga Gereja pada hari Natal. Jadi orang menjadi muslim niatnya untuk menikahi gadis cantik. Sebagaimana sang sutradara yang berfaham Sepilis dengan kejam menceraikan istri yang telah melahirkan satu anak demi untuk menikahi gadis cantik yang jadi pesinetron. Film ini seolah olah menggambarkan kehidupannya sendiri ya ?

Keenam, si murtadin Endhita minta cerai gara-gara suaminya poligami. Karena dendam, kemudian dia menjadi murtad. Sepertinya sang sutradara ingin mengajak penonton agar membenci poligami dan membolehkan murtad. Padahal Islam membolehkan poligami dan dibatasi hingga empat istri dan melarang dengan keras murtad dengan ancaman hukuman qishash.

Seandainya sang sutradara setuju dengan poligami dengan menikahi si pesinetron itu, mungkin dia tidak perlu menceraikan istri dan menelantarkan anaknya sendiri sehingga tanpa kasih sayang seorang ayah kandung dan dengan masa depan yang suram. Kasihan benar anak dan mantan istrinya, korban dari seorang ayah yang kejam penganut faham pluralisme dan anti poligami.

Ketujuh, Sang sutradara betul betul menghina Allah SWT dengan bacaan Asmaul Husna di Gereja dan dibacakan seorang pendeta (Deddy Sutomo) dengan nada sinis dan melecehkan. Masya' Allah !

Kedelapan, memfitnah Islam sebagai agama penindas dan umat Islam sebagai umat yang kejam dan anti toleransi terhadap umat lain terutama Kristen dan Cina. Padahal sesungguhnya meski mayoritas mutlak, umat Islam Indonesia dalam kondisi tertindas oleh Kristen dan Katolik serta China yang menguasai politik, ekonomi dan media massa.

Hanung betul betul buta, tidak melihat kondisi umat Islam di negara lain yang minoritas seperti Filipina Selatan, Thailand Selatan, Myanmar, India, Cina, Asia Tengah, bahkan Eropa dan AS. Mereka sekarang dalam kondisi tertindas oleh mayoritas Kristen dan Katolik, Hindu, Budha dan Komunis. Jadi fikirannya benar-benar subyektif dan dipenuhi dengan hati penuh dendam terhadap umat Islam.

Kesembilan, film ini mengajarkan kemusyrikan dimana semua agama itu pada hakekatnya sama untuk menuju tuhan yang sama. Kalau semua agama itu sama, maka orang tidak perlu beragama. Jadi film "?" ini dengan sangat jelas mengajarkan faham atheisme dan komunisme.
Buat semuanya saja, saya tidak bermaksud memberikan tuduhan bahwa film tersebut mengajak pada kemusrikan, namun seperti sudah kita lihat pada paragraf-paragraf diatas ternyata film tersebut memang mengandung suatu ancaman yang dapat merusak akidah Islam.

Kita harus peka melihat segala fenomena yang terjadi dan ada disekitar kita,  termasuk dalam menonton film. Kita harus bisa pintar-pintar memilah-milah film yang bagus, bagus secara konten maupun bagus secara nilai yang dikandungnya. Film ? tersebut menurut saya bisa berbahaya bagi umat Islam, terutama untuk yang level keimanannya masih rendah (awam), seolah-olah menurut saya Film XXX Lebih Baik daripada Film ?

Kita harus selalu ingat bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan tidak abadi. Belajarlah kembali mengenai Islam yang benar sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunnah, bukan Islam yang diambil dari pemahaman modern yang banyak menyimpang, atau Islam yang diambil dari kaum Orientalis Barat dan para Sineas berfaham sepilis yang kurang paham Islam, namun mereka mampu membuat film yang seolah-olah bertopengkan Islam. Cara-cara penyebaran paham seperti itu sangat berbahaya karena dibungkus dalam bingkai hiburan (film) yang kadang kita tidak sadar telah terpengaruh olehnya.


Waspadalah !!!Waspadalah !!! Waspadalah !!!


****
 Dukung blog ini dalam : gogo2011 kobamusaji dan  websasdesign.com cinta blogger
****

0 komentar:

Posting Komentar

Trackbacks/Pingbacks

Archive Post