Sebagian dari kita tentu tidak asing dengan yang namanya dongeng pengantar tidur. Ada banyak dongeng yang ada disekitar kita seperti cerita dongeng angsa yang bertelur emas atau kura-kura yang berlomba lari dengan kelinci, dan sebagainya.
Sebenarnya cerita-cerita tersebut memang bukan hal nyata. Cerita-cerita itu ada untuk mengajarkan nilai moral. Meskipun begitu, penelitian yang dilakukan baru-baru ini membuktikan bahwa tidak semua dongeng itu khayalan belaka. Misalkan pada kisah dongeng mengenai burung gagak yang kehausan. Sebelum kita bahas lebih jauh cerita tersebut tidak ada salahnya jika kamu simak juga gogo2011 kobamusaji. Oke, kembali lagi ke cerita yang tadi, dalam kisah tersebut diceritakan, sang burung kehausan, tetapi air yang di dalam gentong terlalu dangkal untuk dicapai. Agar bisa meminum air yang ada, sang burung menjatuhkan bebatuan ke dalam gentong untuk meluapkan air. Setelah air meluap barulah si gagak dapat menjangkau permukaan air dan meminumnya.
Sekelompok peneliti melaporkan bahwa sejenis burung gagak, yang disebut rook, ternyata menggunakan metode yang sama untuk menangkap cacing. Sebuah eksperimen untuk menguji perilaku tersebut telah dilakukan. Eksperimen dilakukan oleh Christopher Bird dari Cambridge University beserta rekan-rekannya dengan menggunakan tabung 6 inci berisi air dan cacing. Ketika tabung didekatkan ke sekumpulan burung rook, secara spontan mereka menaruh sejumlah batu ke dalam tabung untuk menangkap cacing yang terapung.
Percobaan yang dilakukan oleh Christopher Bird tersebut mendapat komentar dari Alex Taylor dan Russell Gray dari University of Auckland, Selandia Baru. Mereka beranggapan, rook hanya mengulang apa yang dilakukan di eksperimen sebelumnya, yang kala itu mereka menjatuhkan sebuah batu untuk mendapatkan makanan yang ada di dasar tabung.
Christopher Bird menyangkal anggapan Alex dan Russell. Dia mengatakan bahwa rook menjatuhkan lebih dari satu batu untuk mengangkat cacing ke permukaan tabung. Rook lebih memilih untuk mengangkat cacing ke permukaan tabung dibanding memeriksa dasar tabung untuk memakannya.
Peneliti-peneliti yang terlibat dalam percobaan Christopher Bird juga menambahkan bahwa ada kemungkinan gagak yang diceritakan dalam dongeng-dongeng sebenarnya adalah rook. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena rook sebelumnya juga disebut gagak.
Dari cerita tersebut kira-kira apa yang dapat kita simpulkan?
Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut tidak ada salahnya jika saya rekomendasikan kamu untuk membaca artikel Komodo Island is the NEW 7 Wonders of The World dan juga Mercedes-Benz Mobil Mewah Terbaik Indonesia. Semoga memperkaya pengetahuan kita.
Oke, kita lanjut lagi tentang si burung gagak....
Dari cerita diatas saya yakin tiap orang mungkin beda-beda tanggapannya, tapi bagi saya yang paling mudah dipahami dari cerita tersebut adalah bahwa binatang saja seperti burung gagak itu bisa belajar dari keadaan, untuk kemudian dia melakukan sesuatu untuk mengatasi keadaan sulitnya (mendapatkan makanan/minuman). Jika kita analogikan dengan kehidupan manusia, maka menurut saya seharusnya manusia jauh lebih bisa mengatasi permasalahan, jika mereka (manusia) kesulitan mendapatkan makanan/pekerjaan maka manusia tidak boleh menyerah, bukankah burung gagak saja yang tidak punya akal lama-lama bisa belajar dari keadaan untuk kemudian bisa melakukan sesuatu untuk mendapatkan makanan dan minuman, apalagi kita manusia yang lebih sempurna, punya pikiran dan tenaga yang lebih baik, serta ada rasa kebersamaan diantara manusia untuk saling membantu.
Bukankah seharusnya kita bisa lebih sukses menjalani hidup daripada binatang?
Bukankah kita seharusnya bisa belajar dari keadaan untuk bisa survive dalam menjalani kehidupan?
Salam Blogger Indonesia !!!
0 komentar:
Posting Komentar
Trackbacks/Pingbacks