“Pertama saya memeriksa kapan saya memasuki masa ovulasi. Saya menghabiskan uang untuk alat tes kehamilan yang mahal,” katanya, mengaku. Harga alat tes itu mencapai 20 poundsterling. Jika tidak memasuki masa subur ia menghindari pria mana pun.
Ia mencari korban dengan berdandan sangat cantik, menggunakan wig, dan bertemu dengan beberapa temannya di bar dan mencari pria yang bisa memberikannya sperma. Carter merasa sangat putus asa jika seorang pria menggunakan kondom. Tetapi ia tak kehilangan akal. Ia pun membawa kondom yang sudah dilubangi.
Obsesinya memiliki anak dimulai saat ia menghadiri kelahiran bayi dari temannya. Karena ia tak memiliki pacar tetap maka ia mengintai pria tak dikenal untuk membuahi telurnya.
“Pria seusia saya tidak ingin memiliki hubungan serius jika perempuan menginginkan anak jadi saya menyerah memiliki anak dengan kekasih saya,” katanya mengakui.
“Saya berusaha mencari donor sperma namun harganya sangat mahal. Sebuah klinik menjual sperma untuk konsultasi saja biayanya mencapai 295 poundsterling dan untuk donor sperma bernilai 2.000 poundsterling,” jelasnya.
“Ada banyak pria di luar sana yang mau kencan semalam dengan gratis. Saya sangat gembira dan memiliki hasrat untuk bersenang-senang dan para pria juga tertarik pada saya,” kata Carter lagi.
“Saat saya menemukan pria potensial yang bisa memberikan donor, saya hanya menanyakan nama awalnya dan bertanya jika mereka punya penyakit kelamin dan jika mereka bilang tidak maka kami menghabiskan malam bersama. Pagi harinya, saya diam-diam keluar,” katanya, lagi.
“Saya melakukan hubungan seks di tempat-tempat tak biasa termasuk di dalam mobil atau di kamar mandi klub malam,” jelasnya.
“Saya mendorong pria untuk tidak menggunakan kondom namun jika mereka ingin, saya sudah punya satu dan itu membuat seks tidak hanya sekadar buang waktu saja,” jelasnya
0 komentar:
Posting Komentar
Trackbacks/Pingbacks