Peluh lelaki itu masih menetes dari balik helm sepeda berwarna kuning yang dikenakannya. Namun, senyumnya mengembang seperti orang yang berhasil menyelesaikan tugasnya.
Setelah mengayuh sepeda lebih dari 20 kilometer, Mugiono tiba di kompleks PWR Nomor 60, Jalan Taman Margasatwa, Jakarta Selatan, salah satu lokasi pengumpulan dana Koin Untuk Prita. Sesampainya di sana, ia mengeluarkan mangkuk plastik yang berisi recehan koin untuk disumbangkan kepada Prita. Suara gemerincing terdengar saat mangkuk itu diserahkan.
Menurut Mugiono, uang recehan itu dia kumpulkan dari warung kelontong di rumahnya. "Koin ini murni dari hasil warung saya yang sudah terkumpul selama setengah bulan," ucapnya sambil tersenyum. Mugiono berangkat dari rumahnya di Jalan Raya Sentek, Ciracas, Jakarta Timur, pukul 06.00 pagi. Berkostum layaknya pesepeda gunung yang hendak melakukan perjalanan panjang, ia mengaku sempat tersasar beberapa kali dalam perjalanan ini. Meski usianya sudah lanjut dan wajahnya tampak kelelahan, semangat untuk menyumbang seolah tak terkalahkan. "Saya prihatin dengan Bu Prita, dan ingin Bu Prita bebas," ujar Mugiono yang mengetahui informasi Koin Untuk Prita dari televisi.
Simpati Mugiono kepada Prita bukan tanpa alasan. Ia teringat ibunya yang pernah mengalami hal sama dengan Prita. "Dulu ibu saya meninggal karena dirawat di rumah sakit di Yogyakarta," ujarnya. Ia merasa hal itu akibat penanganan yang salah dari rumah sakit.
Ia bertekad akan terus menyumbang dan mengumpulkan koin dari warung dan teman-temannya yang tergabung dalam kelompok Lembah Hijau. "Mulai besok saya mau nabung lagi, mungkin dari warung atau rombongan sepeda," ujarnya sebelum pergi meninggalkan posko yang kian ramai didatangi penyumbang...(kompas dot com)
0 komentar:
Posting Komentar
Trackbacks/Pingbacks